Nusantara dengan segala keragamannya memang tidak akan ada habisnya untuk diulas. Mulai dari budaya hingga kuliner selalu menarik untuk diulik. terlebih untuk kuliner-kuliner tradisional yang saat ini beberapa sudah mulai tergeser, meski beberapa lainnya masih eksis di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah tiwul, salah satu kuliner tradisional khas Gunungkidul.
Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berpusat di Kapanewon Wonosari, dengan luas sekitar satu per tiga dari luas daerah induknya, kabupaten ini menawarkan banyak sekali alternatif wisata. Mulai dari wisata pantai, wisata busaya, wisata candi, wisata alam, sampai dengan wisata kuliner yang salah satunya adalah tiwul.
Tiwul sendiri adalah salah satu makanan tradisional Gunungkidul. Di sejumlah daerah, tiwul juga bisa kita jumpai di sejumlah daerah seperti Pacitan dan Wonogiri, Jawa Tengah, dan masih banyak lagi. karena memang, keberadaan tiwul sudah dikenal sejak zaman penjajahan, terlebih saat Indonesia sedang dalam pendudukan Jepang.
Mengenal Tiwul Sebagai Kuliner Tradisional Khas Gunungkidul
Tiwul sebagai bagian dari kekayaaan budaya dan kuliner Nusantara sudah semestinya dijaga dan dilestarikan. Minimal dengan cara mengenali, terlebih bisa membuat dan menggemari kuliner-kuliner tradisional di sejumlah daerah yang masih menjaga budaya dengan baik.
1. Apa Itu Tiwul?
Tiwul dahulunya merupakan makanan pengganti nasi. meskipun di beberapa tempat tiwul masih dijadikan sebagai salah satu makanan pokok sebagaimana nasi pada umumnya. Sedangkan dari sisi rasa, tiwul memiliki rasa yang sedikit manis dengan aroma alami singkong, karena memang terbuat dari bahan dasar singkong. jajanan ini cocok untuk oleh-oleh.
Selain memiliki rasa yang khas, tiwul memiliki tekstur yang pulen dan sedikit menggumpal, sehingga memberikan sensasi tersendiri ketika memakannya. Penduduk Trenggalek,Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan dan Blitar termasuk yang masih mengkonsumsi tiwul sebagaimana mengkonsumsi nasi. Sebagai makanan pokok, tiwul memiliki kandungan kalori yang lebih rendah daripada beras.
2. Sejarah Tiwul Sebagai Kuliner Tradisional
Merujuk pada beberapa sumber sejarah yang ada, tiwul diyakini sudah ada sejak zaman penjajahan, terlebih pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan kondisi ketika itu, dimana sumber-sumber makanan seperti beras banyak diambil oleh Jepang yang kemudian memaksa penduduk asli untuk mencari alternatif lain.
Maka dari itu, dipilihlah singkong sebagai alternatif makanan pokok saat itu. Meskipun begitu, tiwul pada masa lalu memiliki perbedaan dengan sajian tiwul pada masa kini. Pada masa lalu, tiwul dimakan layaknya nasi dengan lauk pauk serta sayuran yang ada. Sedangkan saat ini tiwul biasa disandingkan dengan parutan kelapa dan siraman gula merah.
3. Bahan Baku Tiwul
Untuk bahan baku tiwul sendiri sudah jelas, yaitu singkong sebagai bahan baku utama. Yaitu singkong atau ketela pohon yang sudah dikeringkan. Singkong yang telah dikeringkan tersebut umumnya diistilahkan dengan sebutan gaplek atau gogik.
Gaplek tersebut dibuat melalui serangkaian proses dengan proses utama yaitu penjemuran singkong yang telah dikupas dan telah dicuci bersih. Untuk mempercapat dan memastikan tingkat kekeringan singkong, bisa dengan caara dipotong-potong dalam ukuran kecil sebeelum dijemur.
Selain singkong yang telah kering, terdapat juga beberapa bahan pendukung lainnya seperti gula merah, kelapa parut, daun pandan, daun pisang, garam, serta air. Yang mana kesemuanya akan dipadu padankan menjadi jajanan tradisional tiwul. jajanan ini bisa Anda nikmati ketika Anda sedang dalam agenda tour wisata di Jogja, khususnya di Gunungkidul.
4. Cara Membuat
Jika semua bahan baku siap, maka pembuatan tiwul bisa segera dimulai. Yang pertama yang perlu untuk dilakukan adalah menghaluskan singkong yang telah kering dengan cara menumbuk hingga menyerupai tepung. Selanjutnya diperciki dengan sedikit air, lalu ditumbuk lagi hingga didapatkan butiran kecil-kecil.
Jika sudah didapatkan buliran-buliran kecil, maka buliran tersebut bisa disisihkan sebagai bahan utama tiwul. Jika sudah, maka dandang kukusan sudah bisa dipanaskan dengan terlebih dahulu mengalasinya dengan beberapa lembar daun pisang. Kemudian masukkan butiran kecil singkong tadi ke dalam dandang.
Tambahkan gula merah yang sudah diserut di bagian atas gaplek secara merata, lalu kukus selama kurang lebih satu jam, kemudian angkat. Terakhir adalah menambahkan kelapa parut yang telah dikukus bersama dengan daun pandan sebelumnya. Tiwul siap dihidangkan dengan cetak kemasan yang masih sangat tradisional.
5. Khasiat dan Kandungan Gizi
Terdapat cukup banyak khasiat at atau manfaat yang bisa diperoleh dari mengkonsumsi kuliner khas yang satu ini. Khasiat tersebut antara lain adalah dapat memelihara kesehatan pada pencernaan, baik untuk penderita diabetes oleh karena kandungan kalori yang ada pada tiwul terbilang lebih rendah dibandingkan dengan kalori yang ada pada nasi.
Secara lebih merinci, dalam 100 gram tiwul, terdapat energi sebesar 147 kkal. Kandungan tersebut terdiri atas lebih kurang 0,26 gram lemak, 35,08 gram karbohidrat, dan juga 1,25 gram protein. Selain itu, dalam 100 gram tiwul juga mengandung 192 mg sodium dan 250 mg kalium.
Demikianlah ulasan kali ini mengenai salah satu jenis kuliner khas Nusantara, dalam hal ini tiwul sebagai salah satu kuliner tradisional khas Gunungkidul yang terkenal dengan sejumlah tempat liburan yang bagus Mulai dari pengenalan apa itu tiwul, sejarah, bahan baku yang diperlukan, cara pengolahan sampai dengan manfaaat yang bisa didapatkan dengan mengkonsumsi tiwul.
Mudah-mudahan bisa bermanfaat dan bisa menjadi salah satu upaya dalam melestarikan keragaman kuliner Nusantara yang semakin hari semaakin tergeser oleh perkembangan polakonsumsi, tren dan lain sebagainya. Jangan lupa share dan nantikan ulasan menarik lainnya. Sekian dan terima kasih.