Blangkon adalah sebuah kain penutup kepala tradisional untuk pria yang digunakan sebagai pelengkap busana tradisional Jawa. Dan blangkon Yogyakarta sebenarnya hanya berbentuk praktis yaitu dari kain iketan yang merupakan penutup kepala dari batik.
Selain sebagai penutup kepala untuk melindungi dari sinar matahari, blangkon juga mempunyai fungsi sosial yang dapat menunjukkan martabat atau kedudukan sosial bagi pemiliknya.
Filosofi dari Pembuatan dan Penggunaan Blangkon Jogja
Keistimewaan dari pembuatan blangkon adalah adanya makna dan filosofi yang mendalam berupa pengharapan dalam nilai-nilai kehidupan. Masyarakat Jawa dahulu meyakini bahwa kepala seorang laki-laki memiliki arti yang khusus sehingga penggunaan blangkon ini sudah menjadi pakaian kesehariannya.
Dan untuk pembuatan blangkon dahulu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Karena hal ini terdapat penetapan pakem atau aturan tersendiri. Jadi, dalam pembuatan blangkon dahulu hanya dibuat oleh seorang seniman yang memahami dan memiliki keahlian terkait pakem yang boleh membuat blangkon.
Pada dasarnya blangkon ini terbuat dari kain berbentuk persegi yang digunakan untuk kain iket atau kain udeng. Kain tersebut memiliki ukuran lebar dan panjang sekitar 105 cm x 105 cm.
Namun, untuk blangkon modern sekarang sudah menggunakan lebih sedikit kain yang hanya menggunakan setengah ukuran dari kain tersebut. Standar ukuran untuk blangkon ini diukur dari jarak antara garis melintang telinga kanan hingga ke telinga kiri, melalui ubun-ubun kepala dan melalui dahi.
Dalam pemenuhan pakem dan nilai keindahan in memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai blangkon tersebut. Semakin memenuhi nilai pada blangkon, maka semakin tinggi juga nilai blangkon tersebut.
Sementara dari nilai keindahan dapat didasarkan pada cita rasa serta ketentuan standar sosial, Tidak hanya berlaku pada saat pembuatannya, tetapi juga saat penggunaan blangkon dengan ditambahkan name tag perusahaan sebagai aksesorisnya.
Mengetahui Makna Bentuk dan Motif Pada Blangkon Yogyakarta
Bentuk blangkon dengan gaya Yogyakarta memiliki ciri yang mudah ditebak yaitu apabila di bagian belakang terdapat mondolan. Mondolan merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut tonjolan yang ada di belakang blangkon.
Mondolan itu berbentuk bulatan yang berisi kain dan menonjol sebesar telur, nah berarti itu adalah ciri blangkon model Jogja. Untuk blangkon model ini biasanya dikenakan oleh para bangsawan keraton di wilayah Yogyakarta.
Sekarang juga banyak para pengrajin blangkon jogja yang memproduksi untuk dapat dijual atau bisa digunakan sebagai Souvenir perusahaan eksklusif. Nah, berikut ini akan dijelaskan beberapa makna dari bentuk dan motif yang ada pada Blangkon Yogyakarta, diantaranya:
A. Makna bentuk pada Blangkon Yogyakarta
1. Wiron, merupakan bagian dari blangkon yang melilit pada blangkon agar tetap kencang. Bagian wiron ini tersusun dari kain yang dilipat-lipat hingga menyerupai undak-undakan.
Wiron terdiri dari dua sisi kain yaitu bagian kain kanan dan kain kiri. Salah satu bagian kain ini akan menimpa kain yang satunya dan nantinya hanya satu kain yang terlihat dari depan. Untuk lipatan pada wiron ini berjumlah 17 yang melambangkan jumlah dari rakaat sholat dalam satu hari.
2. Kuncung, adalah bagian blangkon yang terletak di depan monjolan seperti lidah yang berada di bagian bawah atau diatas wiron. Bagian kuncung pada blangkon ini dapat dilihat, yang memiliki bentuk menyerupai wajik atau persegi empat.
3. Tengahan, merupakan bagian blangkon yang menyatukan antara wiron bagian kanan dan wiron bagian kiri. Dan bagian tengahan ini juga yang akan menyatukan antara bagian depan dan mondolan blangkon.Untuk bagian tengahan ini merupakan bagian blangkon yang paling tipis.
4. Sintingan, adalah bagian blangkon yang menyerupai bentuk sayap dan berada di belakang blangkon. Posisi sintingan ini ada di bawah bagian tengahan yang menghimpit mondolan.
Biasanya pada blangkon mataram bagian sintingan ini menempel pada badan blangkon. Namun untuk blangkon senopaten bagian sintingan dibiarkan terlepas dari blangkon jogja sehingga tampak seperti sayap yang mengepak.
5. Mondolan, merupakan bagian blangkon yang ada di belakang yang berbentuk bulat dan mirip seperti telur. Bagian ini berfungsi untuk menahan rambut panjang supaya tidak terurai.
Sebab ketika zaman dahulu orang yang menggunakan blangkon memiliki rambut yang gondrong, sehingga ketika diikat dan dipasang blangkon tersebut akan menyerupai bulatan telur. Jadi mondolan pada blangkon memiliki makna kebulatan tekad seorang pria dalam melaksanakan tugasnya walaupun tugas tersebut sangatlah berat.
6. Kepet, adalah sebuah kain yang berada di bagian belakang. Kain tersebut terlihat seperti sirip ikan koi yang melambai-lambai. Panjang kain untuk bagian kepet ini bermacam-macam, ada yang sangat pendek dan ada yang panjang dengan ukuran hingga 1 meter.
B. Makna Motif Pada Blangkon Yogyakarta
1. Motif Truntum, merupakan motif batik blangkon yang berbentuk bunga-bunga kecil yang melambangkan bintang di malam hari. Motif ini sangat cocok untuk dikombinasikan dengan pakaian adat Jawa yang dominan gelap.
Motif blangkon truntum ini memiliki makna bahwa kehidupan manusia tidak akan lepas dari dua hal, misalnya kaya miskin, gelap terang, bungah susah, dan lain-lain.
2. Motif Modang, adalah motif yang mengandung makna kesaktian untuk meredam angkara murka, yaitu sebelum mengalahkan musuh dari luar harus mengalahkan musuh yang datangnya dari diri sendiri.
3. Motif Kumitir, merupakan motif blangkon yang menggambarkan orang yang tidak mau berdiam diri dan ingin selalu berusaha keras dalam menjalani kehidupannya.
4. Motif Celeng Kewengen, adalah motif blangkon yang menggambarkan dan memiliki makna keberanian, sifat yang jujur, polos, dan apa adanya.
5. Motif Blumbang, merupakan istilah yang berasal dari kata blumbang dan memiliki arti kolam atau tempat yang penuh dengan air. Dan air sendiri adalah salah satu sumber kehidupan.
Demikian penjelasan mengenai makna bentuk dan motif pada blangkon Yogyakarta yang belum anda ketahui. Terimakasih telah membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.